Minggu, 27 November 2011

SABAR ITU INDAH


Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kata sabar diartikan sebagai orang yang tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah). Sedangkan menurut bahasa arab, sabar berasal dari kata shabara-yashbiru-shabran yang memiliki makna memaksa, menahan atau mencegah. Kata sabar sangat mudah untuk diucapkan dan dinyatakan, tetapi sangat sulit untuk dilakukan. Terutama ketika tertimpa musibah, sabar sangat sulit hinggap di hati manusia. Dalam menghadapi kehidupan modern yang penuh dengan gejolak hidup yang semrawut, persaingan hidup yang tinggi, kepedulian manusia semakin melemah, dan lainnya yang menyebabkan manusia harus menanggung atau memikul masalah hidup secara mandiri tanpa ada pertolongan dari orang lain. Dan saat kesusahan mendera, kepahitan mengcengkeram, maka sabar adalah pelita hati dan suluh rohani sehingga jiwa menjadi tegar, tidak mudah putus asa atau stres, tegak teguh dalam pendirian, dan terhindar dari godaan syetan yang terkutuk.
Kalau dalam menghadapi hidup kita sering mendapat ujian atau musibah dan sampai sekarang belum mampu bersabar, maka marilah kita contoh sikap dan suri tauladan Nabi Ayub as yang diberikan oleh Allah cobaan yang menurut akal manusia merupakan cobaan terberat manusia berupa harta yang habis tak tersisa, anak-anak yang meninggal semua, sekujur tubuh penuh luka hingga membusuk, hingga istri yang semula setia merawati beliau akhirnya pergi meninggalkannya. Dan beliaupun menghadapi penderitaan ini seorang diri. Namun, Nabi Ayub tak pernah berkeluh kesah, bersedih ataupun menunjukkan sikap jengkel terhadap Allah yang telah menimpakan ujian yang amat berat. Sehingga ketika rasa yang diakibatkan oleh penyakitnya mencapai puncaknya, dengan bibir gemetar dan suara yang lirih, Nabi Ayub bermunajat kepada Allah “Ya robbi, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan engkaulah yang Maha Penyayang”. Alangkah halus dan lembutnya doa permohonan beliau yang hanya “melaporkan” kepada Allah bahwa penyakit yang dideritanya sangat berbahaya bagi jiwanya. Yang diderita Nabi Ayub bukanlah penyakit Maradlun atau penyakit biasa, tetapi sudah mencapai tingkat Dlurrun yakni sesuatu yang membawa mudlarat, yang membahayakan. Namun demikian, Nabi Ayub as tidak terus terang meminta kesembuhan kepada Allah. Beliau hanya memuji bahwa Allah itu “Anta Arhamurrohimin”. Nabi Ayub sendiri pasrah dan tidak mau mendesak Allah untuk menyembuhkannya.
Berkat kesabaran Nabi Ayub as yang luar biasa, akhirnya Nabi Ayub as diberi kesembuhan, diganti lagi anak-anaknya, harta yang sebelumnya lenyap menjadi lebih banyak lagi, termasuk kembalinya istri yang dicintainya. Begitulah wahai kawan, betapa kita sangat terenyuh dengan cerita kenabian Nabi Ayub as yang mengharukan. Apakah diantara kita masih ada yang tidak bersabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan oleh Allah? Dan kalau belum sabar hendaknya untuk membandingkan semua itu dengan cobaan Nabi Ayub as agar kita bisa memiliki kesabaran terhadap cobaan yang diberikan Allah.
Tahukah kawan! Bahwa dalam ujian itu ada penghapusan dosa, ada peringatan agar kita tidak lalai dan sombong dan ada harapan untuk mendapat ganjaran. Dalam pandangan Allah semuanya adalah baik. Orang yang sabar menghadapi cobaan Allah, maka Allah akan menampakkan kebaikan dan keindahannya. Oleh karena itu sambutlah keberkahan, kemaslahatan dan keindahan hidup di balik ujian yang kita alami. Dan sebaiknya kita sebagai manusia haruslah bersabar dengan sabar yang baik sesuai dengan firman Allah:

“ Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS Al Ma’arij : 5)

Oleh : M. Khoirul Anam, S.Pd.I.
Editor : Syamsi 

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.


0 komentar:

Posting Komentar

Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons