Minggu, 27 November 2011

AL QUR’AN PENCERAH PERADABAN


Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Dan Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid dari masjid-masjid Allah, untuk membaca Al Qur’an dan mereka saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan diturunkan kepadamereka ketenangan, diliputi rahmat, dan dikelilingi malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya (para malaikat).” (HR. Muslim). Nasehat Rasul ini sesungguhnya telah membukakan kesadaran kita betapa pentingnya untuk selalu berinteraksi dengan Al Qur’an, karena di dalamnya ada banyak pelajaran yang sangat berharga dalam membimbing kehidupan kita. Sejarah telah membuktikan bagaimana kondisi masyarakat jahiliyah sebelum diwahyukan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW, yang terjebak pada situasi kerendahan moral, arogansi para penguasa yang tak terbatas kepada rakyatnya, serta runtuhnya tatanan kemanusiaan dan sosial sehingga timbulnya konflik di antara mereka. Mesaki dilalui dengan perjuangan yang penuh dengan pengorbanan, dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW mampu merubah kerendahan moral menjadi Akhlaqul Karimah. Arogansi para penguasa menjadi lebih bijaksana, peduli dan mampu merangkul semua kalangan, karena Al Qur’an dan keteladanan Rasulullah menjadi bagian yang utuh dalam seluruh kehidupannya.
Tetapi ketika spirit Al Qur’an ditinggalkan serta suri tauladan Rasulullah diabaikan, maka muncullah kembali keegoisan yang haus kekuasaan dan sarat dengan berbagai kepentingan yang ada seperti masyarakat jahiliyah terdahulu. Adapun mereka-mereka yang komitmen untuk mempelajari Al Qur’an akan terus menemukan mutiara-mutiara kehidupan Islami, sehingga muncullah para ilmuwan - ilmuwan muslim yang mampu mengeksplorasi Al Qur’an seperti Ibnu Sina (Penulis kedokteran modern yang menjadi referensi ilmu kedokteran Barat), Al Khawarizmi (Penemu logaritma dan aljabar, penemu bahwa bumi itu bulat sebelum Galileo), Abu Wafa’ (Ahli trigonometri, geometri bola, penemu tabel sinus dan tangen, serta penemu variasi gerakan bulan), dan lain-lain. Mereka semua telah memberikan secercah harapan karena terinspirasi kemuliaan Al Qur’an.
Saat ini Indonesia telah dilanda dengan keegoisan yang haus akan kekuasaan dan sarat akan berbagai kepentingan yang ada. Kita benar-benar muak dan prihatin ketika keserakahan dengan mengambil hak yang bukan haknya, untuk dimanipulasi karena kewenangan ada di tangannya, dan itu dilakukan tanpa ada rasa malu sedikitpun dan tetap berkilah bahwa dirinyalah adalah orang yang benar dan tidak tersangkut apa-apa. Sebagaimana Firman Allah SWT:


“Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang kafir itu dapat luput dari siksaan Allah di bumi ini, sedang tempat kembali mereka (di akhirat) adalah neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nuur :57)

             Adapun indikasi kejahatan yang dilakukan akan terkuak sehingga layak mendapat hukuman yang setimpal. Bagi oran yang beriman tidaklah mungkin menggantikan pola hubungan dengan Al Qur’an digantikan dengan pola ke Jahiliyaan. Apabila itu terjadi maka, imannya tidak yang sebenarnya, dan bisa jadi merupakan wujud kemunafikan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.
               Memposisikan Al Qur’an sesuai dengan fungsinya akan mampu mencerahkan peradaban, sehingga kemuliaan didapatkan dan kemanusiaan dapat ditegakkan. Membumikan Al Qur’an adalah upaya pencerahan peradaban , sehingga hidup bersama Al Qur’an adalah hidup yang tercerahkan, dan hidup tanpa Al Qur’an adalah kematian yang menakutkan. Berbahagialah kawan jika engkau tetap hidup bersama Al Qur’an.

Oleh :  Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Editor : Syamsi

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.


0 komentar:

Posting Komentar

Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons