Sabtu, 19 Mei 2012

ORANG BERIMAN MENGAWAL KEKUASAAN ALLAH

Menurut Al Qur’an, kesadaran tentang “kekuasaan” itu tidak dapat dilepaskan dari diri manusia. Dikatakan di dalam Al Qur’an, bahwa sekalipun kedudukan manusia itu ditegaskan sebagai “hamba”, namun manusia dianugerahi peranan sebagai “khalifah” Allah SWT, yaitu sebagai wakil atau pengemban amanah Allah SWT di bumi ini. Sebab, segala isi bumi itu memang disediakan oleh Allah untuk manusia seluruhnya, bukan untuk makhluk yang lain, makhluk jin misalnya. Seperti pada firman Allah SWT yaitu:



Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." ” (QS. Al Baqarah : 30)

Apa hakikat “kekuasaan” yang dianugerahkan Asllah SWT kepada manusia itu? Kekuasaan yang dimiliki manusia adalah kekuasaan yang diwakilkan oleh Allah SWT yang dalam kekuasaan tersebut dipenuhi rasa tanggung jawab yang sangat berat. Perlu ditegaskan disini, “kekuasaan” disini bukan sekedar kekuasaan karena sistem aturan politik, organisasi, dan lain-lain, melainkan juga kekuasaan yang melekat pada setiap individu manusia.
Selain itu betapa pun besar dan kuatnya kekuasaan yang dimiliki, menurut Al Qur’an, tetaplah kekuasaan tersebut titipan Allah SWT. Oleh karena itu, siapa pun orangnya kalau ingin disebut sebagai penguasa dalam arti yang sesungguhnya adalah orang yang benar-benar menyadari bahwa dirinya hanyalah pelaksana kekuasaan Allah SWT di bumi ini dan tidak pernah terbesit sedikit pun di dalam hatinya bahwa dirinya memiliki kekuasaan yang sepenuh-penuhnya, sebebas-bebasnya. Atau dengan kata lain penguasa dalam arti yang sesungguhnya adalah penguasa yang beriman kepada Allah SWT. Sebab, sifat dan kebiasaan orang yang benar-benar beriman (mukmin) adalah senantiasa berkonsultasi dan melaporkan segala tindakan dan perbuatannya kepada Allah SWT misalnya lewat dzikir (mengingat secara fungsional atas kekuasaan Allah dan hasilnya kalau taat kepada-Nya serta akibatnya kali melenceng dari aturan-Nya), doa, dan disiplin shalat dengan khusyu’.

Oleh : M. Damami
Editor : Syamsi

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.


0 komentar:

Posting Komentar

Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons