Rabu, 06 Februari 2013

Berbagai Jalan Allah dalam Menyadarkan HambaNya

Oleh : Nur Fadhilah


Memang sudah menjadi watak manusia yang memiliki sifat bandel, dia tidak mau sadar dan percaya apabila dinasehati tentang kehidupan dunia yang sementara lagi penuh dengan tipuan tipuan yang menyesatkan manusia. Atau ada juga yang percaya namun menganggap remeh seakan nasihat itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dalam hal itu, Allah tidak dengan jalan itu saja dalam menyadarkan hambaNYA melainkan Allah memberinya peringaan kepada hambaNya melalui jalan keburukan-keburukan kehidupan dunia seperti, adanya saki dan bermacam-macam bencana yang menimpa dirinya secara langsung, semua itu tujuan pokok Allah agar manusia bisa sadar dan bosan dengan kehidupan dunia lalu mengejar kehidupan akhirat, tapi manusia banyak yang tidak menyadari. Jadi nyatalah kalau demikian, bahwa ujian Allah itu pada hakekatnya adalah suatu rahmat bagi yang memahami akan arti hidup ini.

Biasanya manusia apabila sudah mengalami bencana, ia lalu sadar dan ingat akan mati, lantas mu mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan ketika mereka mendapatkan rezeki atau suatu kebahagiaan mereka lupa bahwa itu adalah dari Allah. Sehingga mereka lupa bersyukur dan menjadi kufur terhadap nikmat Allah SWT. Kita harus tahu, bahwa ditengah-tengah kesibukan manusia dalam mengolah hidupnya, maka seorang demi seorang dari mereka yang asalnya sibuk dalam mengurusi dunia, berangkat juga meninggalkan dunia yang amai ini, alias mati.

Dalam surat At-Takasur ayat 1-8 dijelaskan: “Bermegah megahanelah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui(akibat perbuatanmu itu). Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar benar akan melihat neraka Jahim. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah megahkan di dinua).

Mati telah memisahkan kita dari kehidupan dunia yang fana ini mau tak mau ia akan mengalami suatu bentuk lain dari kehidupan dunia ini. Dimulai sejak dia menutup mata untuk tidak melihat dunia ini selamanya. Pergi tidak kembali lagi.

“QUL INNA SOLAATII WANUSUKI WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHI RABBIL AALAMMINA”. (Katakanlah : sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah bagi Allah, Tuhan semesta alam).

Apabila umur masih ada dan ajal belum dating, manusia tidak akan mati walau seluruh dunia ini hendak mengusirnya. Dan apabila umur sudah habis dan ajal sudah sampai maka manusia pasti mati walau seluruh dunia mendoakan umur panjang. Salah satu fungsi agama yang ditentukan Allah ialah mengatur hidup ini demi mencapai kejayaan, kemakmuran yang diridhoiNya. Dalam Al-Quran dan Hadist sudah tercantum smua syariat dan hokum hukumm Islam. Dan baarangsiapa yang berpegangan pada keduanya maka akan selamt hidupnya di dunia maupun di akhirat. Dalam hidup ini, Allah memberi unsur unsur kepada manusia dengan alat-alat kehidupan, yaitu unsure jasmaniah dan unsure rohaniah, kemampuan insane dengan bakan dan karir yang berbeda-beda. Apakah dia bergerak di bidang ilmiyah, politik,social, budaya, dan sebagainya. Namun semuanya harus dengan kesadaran bahwa hidup ini di tangan Allah alias Dia yang punya. Bila dilompatinya garis-garis yang ditentukan Allah, karena unsure sombong dan dengki, sampai berbuat semau gue, sekehendak hawa nafsu, maka dia akan berhadapan denganAllah. Dari it, maka dalam gelimang dunia manusia beriman akan selalu berusaha dalam membina hidup ang baik dalam ridho Allah aagar diakhir hidupnya nanti mencapai taraf husnul khotimah, hidup baik dan mati pun dalam keadaan baik pula. Dan mati yang baik itu bukan ditandai dangan banyaknya orang yang mendatangi jenazah dan banyaknya orang yang menyalatinya atau banyaknya orang yang mengantarkan ke kubur. Tetapi pribadi orang itu sendiri apakah dia dapat menutup hayat dengan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH atau lebih banyak mengingat Allah pada saat menghembuskan nafas terakhir. Seperti sahabat Nabi SAW yang bernama Abu Dzar, dia meninggal dalam pengasingan dizaman Kholifah Usman bin Affan. Hanya beberapa orang saja yang melihat dan mengantarkan jenazahnya ke kubur. Sebaliknya bila mati yang tidak berketentuan disebut su’ul khotimah(mati yang jelek diakhir) di sisi Alla, dan sering pula sebelum matinya Allah memberikan ilustrasi buruk. Seperti Hajaj Yusuf Atsaqi yang sebelum matinya meraung-raung berhari-hari seperti singa, akibat kezaliman yang dibuatnya sebagai penguasa di Kufah dan Madinah.

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yag diterima taubatnya, dan Alla Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka, (barulah ia mengatakan : Sesungguhnya saya bertaubat sekarang. Dan tidk (diterima) taubat orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksaaan yang pedih.

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.


0 komentar:

Posting Komentar

Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons