Rabu, 29 Juni 2011

Ketika Dalil Saja Tidak Cukup

Bismillah...

Gaya dan cara berpikir manusia semakin hari semakin berkembang dengan pesat. Hal ini terbukti dengan semakin maraknya lahir teknologi-teknologi baru hasil olah pikiran manusia. Ketika masih di bangku kuliah dulu saya belajar tentang mata kuliah IAD (Ilmu Kealaman Dasar), saya belajar tentang perkembangan kehidupan manusia mulai dari zaman purba, abad pertengahan sampai abad modern yang sekarang dimana di setiap tingkatan zaman itu didasarkan pada kemampuan manusia dalam berpikir. Kita lihat ketika zaman purba manusia hanya hidup bergantung dengan alam, apa yang ada maka itulah yang dimakan dan gunakan untuk hidup. Kemudian berkembang lagi pada abad pertengahan dimana manusia sudah mulai bisa berpikir tentang asal usul mereka dan benda disekitarnya. Dan pada abad modern barulah lahir manusia-manusia kritis, dimana mereka berpikir tentang sesuatu, menyimpulkan dan lalu membuat.

Baiklah, itu hanya teori pembuka, sekedar gambaran betapa zaman semakin berubah menanjak drastis dan pemikiran manusia yang sudah semakin kritis. Lalu sebagai seorang aktivis dakwah, adalah tugas kita mengikuti setiap perkembangan zaman untuk kemudian disesuaikan dengan gaya dan metode dakwah yang akan disampaikan kepada para objek dakwah.

Dan bicara tentang metode dakwah sekarang ini, maka berdasar pengalaman saya bisa pastikan bahwa penyampaian sesuatu pada umat tidak cukup hanya sekedar dalil dan vonis haram dan halal. Kenapa demikian? Karena seperti di awal, pemikiran manusia semakin hari akan mengalami peningkatan yang signifikan, mereka tidak akan bisa lagi menerima sesuatu jika tidak berdasar pada argumentasi, logika, dan realita. Tapi hal seperti ini mungkin hanya akan mengena pada kaum muda, sedangkan kaum tua rata-rata kemampuan kritisinya sudah berkurang dan mereka lebih ingin menerima sesuatu dengan cara mudah. Maka ketika berceramah, sangat berbeda antara objek dakwah yang tua dan masih muda. Kaum tua pasti tidak akan banyak bertanya, jika memang sudah halal dan haram, dan ditambah dalil, maka itu sudah cukup. Tapi tidak bagi yang muda, pemikiran mereka yang sangat kritis membuatnya tidak bisa dengan mudah menerima hal yang demikian.

Beberapa waktu lalu saya sempat ditanya oleh seorang ABG tentang kenapa dalam Islam tidak boleh pacaran? Bayangkan jika saya hanya menjawab, karena itu dilarang agama, pacaran boleh tapi bila sudah menikah. Pacaran itu sudah mendekati zina, bla..bla. Bagi saya pribadi, itu adalah jawaban klasik, dan tentu tidak mudah membuat si ABG ini begitu saja menerima alasannya. Karena itu kemudian, saya memberikan beberapa jawaban cukup panjang dan dari berbagai sudut, mulai dari psikologis, baru dalil serta argumentasinya. Dan alhamdulillah (Insya Allah), jawaban itu ternyata cukup efektif, setidaknya memancing pikiran sadarnya untuk memahami lalu mau menerimanya.

Lalu kenapa dalil saja tidak cukup? Apakah kekuatan alqur’an dan as sunnah sudah berkurang untuk menjadi aturan terikat bagi seorang muslim? Tentu saja tidak, tetapi yang benar adalah bagaimana cara kita sebagai seorang penyeru dakwah, mencoba untuk lebih membumikan pesan-pesan Allah dan RasulNya kepada manusia yang lain.

Jika membandingkan dengan zaman Rasulullah dan para sahabat jelas sangat jauh beda, dimana mereka ketika hukum Allah datang tidak banyak pertanyaan yang datang, sami’na wa atho’na. Dan pula zaman Rasulullah dan para sahabat, atmosfer keislamannya memang snagat kental, tetapi sekarang semua berbeda karena umat muslim sudah banyak terkontaminasi oleh pemikiran barat sehingga untuk menerima pesan-pesan Allah perlu faktor pendukung, bukan sekedar hanya dalil.. Maka sudah menjadi tugas kita sebagai aktivis dakwah semakin sering menambah pengetahuan dan wawasan tentang berbagai hal, tidak hanya berkisar tentang agama saja, tapi juga yang lain. Ini penting sebagai bekal kita agar apa yang disampaikan bukan sesuatu yang monoton dan membosankan sehingga sulit bagi orang lain untuk menerimanya. Ajak para objek dakwah kita juga berpikir, bukan berpikir seperti kita, tapi berpikir secara umum dan melibatkan lingkungan di sekitarnya sehingga dia bisa menemukan sendiri tentang kebenarannya.

Wallahualam bish shawab.
-sebutir pasir-

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.


0 komentar:

Posting Komentar

Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons