Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Dan Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah
satu masjid dari masjid-masjid Allah, untuk membaca Al Qur’an dan mereka saling
mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan diturunkan kepadamereka
ketenangan, diliputi rahmat, dan dikelilingi malaikat, dan mereka akan
disebut-sebut Allah dihadapan makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya (para
malaikat).” (HR. Muslim). Nasehat Rasul ini sesungguhnya telah membukakan
kesadaran kita betapa pentingnya untuk selalu berinteraksi dengan Al Qur’an,
karena di dalamnya ada banyak pelajaran yang sangat berharga dalam membimbing
kehidupan kita. Sejarah telah membuktikan bagaimana kondisi masyarakat
jahiliyah sebelum diwahyukan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW, yang terjebak
pada situasi kerendahan moral, arogansi para penguasa yang tak terbatas kepada
rakyatnya, serta runtuhnya tatanan kemanusiaan dan sosial sehingga timbulnya
konflik di antara mereka. Mesaki dilalui dengan perjuangan yang penuh dengan
pengorbanan, dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW mampu merubah kerendahan
moral menjadi Akhlaqul Karimah.
Arogansi para penguasa menjadi lebih bijaksana, peduli dan mampu merangkul
semua kalangan, karena Al Qur’an dan keteladanan Rasulullah menjadi bagian yang
utuh dalam seluruh kehidupannya.
Tetapi ketika spirit Al Qur’an ditinggalkan serta
suri tauladan Rasulullah diabaikan, maka muncullah kembali keegoisan yang haus
kekuasaan dan sarat dengan berbagai kepentingan yang ada seperti masyarakat
jahiliyah terdahulu. Adapun mereka-mereka yang komitmen untuk mempelajari Al
Qur’an akan terus menemukan mutiara-mutiara kehidupan Islami, sehingga
muncullah para ilmuwan - ilmuwan muslim yang mampu mengeksplorasi Al Qur’an
seperti Ibnu Sina (Penulis
kedokteran modern yang menjadi referensi ilmu kedokteran Barat), Al Khawarizmi (Penemu logaritma dan
aljabar, penemu bahwa bumi itu bulat sebelum Galileo), Abu Wafa’ (Ahli trigonometri, geometri bola, penemu tabel sinus dan
tangen, serta penemu variasi gerakan bulan), dan lain-lain. Mereka semua telah
memberikan secercah harapan karena terinspirasi kemuliaan Al Qur’an.
Saat ini Indonesia telah dilanda dengan keegoisan
yang haus akan kekuasaan dan sarat akan berbagai kepentingan yang ada. Kita
benar-benar muak dan prihatin ketika keserakahan dengan mengambil hak yang
bukan haknya, untuk dimanipulasi karena kewenangan ada di tangannya, dan itu
dilakukan tanpa ada rasa malu sedikitpun dan tetap berkilah bahwa dirinyalah
adalah orang yang benar dan tidak tersangkut apa-apa. Sebagaimana Firman Allah
SWT:
“Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang
kafir itu dapat luput dari siksaan Allah di bumi ini, sedang tempat kembali
mereka (di akhirat) adalah neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nuur :57)
Adapun indikasi kejahatan yang dilakukan akan
terkuak sehingga layak mendapat hukuman yang setimpal. Bagi oran yang beriman
tidaklah mungkin menggantikan pola hubungan dengan Al Qur’an digantikan dengan
pola ke Jahiliyaan. Apabila itu terjadi maka, imannya tidak yang sebenarnya,
dan bisa jadi merupakan wujud kemunafikan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.
Memposisikan
Al Qur’an sesuai dengan fungsinya akan mampu mencerahkan peradaban, sehingga
kemuliaan didapatkan dan kemanusiaan dapat ditegakkan. Membumikan Al Qur’an
adalah upaya pencerahan peradaban , sehingga hidup bersama Al Qur’an adalah
hidup yang tercerahkan, dan hidup tanpa Al Qur’an adalah kematian yang
menakutkan. Berbahagialah kawan jika engkau tetap hidup bersama Al Qur’an.
Oleh : Drs.
Andi Hariyadi, M.Pd.I
Editor : Syamsi
Editor : Syamsi
Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar
Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda