Begitu mudahnya seseorang menuding bahwa si A, B,
atau C itu tidak amanah. Sementara, ia sendiri belum tentu beramanah bila
diberi kepercayaan. Mengapa? Apakah ia (si penuding) tersebut tidak memahami
arti amanah atau sebaliknya?
Kata amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain.
Definisi amanah tersebut memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu
melibatkan 2 pihak yaitu si pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih
jelasnya, hubungan keduanya dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya manusia secara individu diberi amanah
berupa umur oleh Allah. Pertanyaannya adalah digunakan untuk apa umur tersebut?
Apakah umur itu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti bekerja,
melaksanakan ibadah puasa, membaca Al Qur’an, dan yang lainnya. Bila kita
sebagai individu sudah melaksanakan amanah tersebut sesuai tuntunan-Nya, maka kita
pantas disebut orang yang dapat dipercaya alias bisa menjalankan amanah
dari-Nya. Sebaliknya bila kita salah menggunakan amanah tersebut misalnya
bermalas-malasan, tidak mau bekerja, hanya berdiam saja di rumah, maka kita
oleh Allah dianggap orang yang tidak dapat dipercaya alias tidak beramanah
seperti dalam firman Allah, yaitu:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS. Al Anfal: 27)
Selain itu, contoh lainnya dalam kehidupan
sehari-hari seperti dalam berorganisasi. Adakah amanah di dalamnya? Tentu ada.
Amanah apa yang dipikul seorang pemimpin atas anggota yang dipimpinnya. Tidak
lain adalah mengajak, membimbing, dan mengarahkan anggotanya untuk berperilaku
sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka tidak hanya sejahtera di
dunia juga di akhirat. Oleh karena itu, menjadi pemimpin umat beragama tidaklah
mudah karena setiap kata dan tindakannya akan dimintai pertanggungjawaban baik
di dunia apalagi di akhirat kelak. Seperti lazimnya dilakukan oleh organisasi,
hal tersebut direalisasikan dalam bentuk Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ). LPJ
itu lah yang merupakan wujud amanah yang diemban oleh sang pemimpin dan
jajarannya. Jadi, amanah tidaknya seseorang pemimpin bukan dilihat dari
penampilan fisik, materi atau keturunan, tetapi lebih ditentukan oleh kinerja.
Misalnya bagaimana sang pemimpin mampu memobilisasi (menggerakkan) anggota
serta mengorganisir sedemikian rupa sehingga mampu memberdayakan potensi
anggota untuk kemaslahatan bersama sehingga yang menjadi tujuan utama adalah
untuk kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam berbagai
aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga, masyarakat,
hingga negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu akan dimintai
pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika tidak melaksanakan
amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang kuat.
Oleh : Choirul
Amin
Editor : Syamsi
Editor : Syamsi
Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar
Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda