Kehidupan
sekarang ini sebenarnya merupakan daur ulang kehidupan masa lalu. Dalam ilmu
sejarah, dikatakan bahwa sebenarnya sejarah manusia itu berulang, walaupun di
sana-sini ada perubahan baru. Pada zaman sebelum Al Qur’an diturunkan di Mekkah
kepada Rasulullah Muhammad SAW, orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan
berdagang antara Yaman dan Syam yang kota Mekkah dijadikan transitnya.
Kehidupan berdagang kala itu bercirikan persaingan antar suku dan khafilah.
Dalam kondisi seperti itu, logis kalau banyak orang mencari berbagai macam cara
agar keselamatan dalam kehidupan berdagangnya terjaga. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT yaitu:
“1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, 2.
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. 3. Maka
hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). 4. Yang telah
memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka
dari ketakutan.” (QS. Quraisy : 1-4)
Salah
satu cara yang mereka tempuh adalah menuju sesembahan berupa berhala yang
terbuat dari gundukan pasir atau batu. Mula-mula berhala itu dianggap hanya
sekedar sebagai “perantara” permohonan kepada Tuhan, dan lama-kelamaan berubah
menjadi benda-benda yang dipertuhankan. Saat itulah pada hakikatnya nalar
masyarakat Arab waktu itu telah “mati” dan disebut zaman Jahiliyah atau zaman
kebodohan. Dapat dikatakan pula, manusia Arab waktu itu telah jatuh martabatnya
di depan berhala mereka. Menghadapi realitas seperti itu, Allah SWT tidak serta
merta membiarkan hal ini terjadi terus-menerus. Maka, Allah SWT berkenan
melenyapkan kebiasaan masyarakat Arab itu dengan menurunkan ajaran tauhid
kepada Allah dan hanya beribadah kepada-Nya. Dengan demikian, derajat manusia
kala itu berputar 180˚ yang menjadikan mereka menjadi makhluk ciptaan-Nya yang
paling luhur dibanding makhluk yang lain di muka bumi ini.
Di
zaman abad ke-21 Masehi ini, tampaknya “berhala-berhala” baru bermunculan di
sana-sini. Kalau diamati, contoh berhala-berhala diantaranya yaitu Pertama, paham-paham atau isme-isme
yang merupakan ciptaan manusia. Contohnya seperti materialisme (paham yang
menekankan keunggulan faktor-faktor material di atas hal-hal yang bersifat
spiritual), kapitalisme (paham yang menekankan peranan kapital/modal dalam
memproduksi barang atau jasa), dan paham atau isme-isme yang lain.
Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya seperti
teori (yang telah terbukti atau hipotesis), rumus (postulat, neraca, dan
lain-lain), dan lain sebagainya. Ketiga,
aktivitas globalisasi. Perwujudan globalisasi menjurus pada perjuangan
kepentingan yang bertopeng humanisme (semacam hak asasi manusia / HAM,
kelestarian lingkungan hidup, etika global) dalam tampilan hegemoni ekonomi dan
imperialisme terselubung.
Dalam
berhala-berhala baru di atas, masalah Tuhan dan agama hanya dianggap sebagai
faktor pinggiran, bukan faktor pusat dan faktor penentu. Agama Islam tegas
menyatakan keyakinan tauhid adalah faktor penjaga martabat manusia dari godaan
dan gangguan dari berhala-berhala.
Oleh : M. Damami
Editor : Syamsi
Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.
2 komentar:
subhanallah..Ijin share ya.
salam :)
Karena itulah wajib setiap muslim untuk mempelajari islam lebih mendalam. Agar tak tersesat pada pemikian yang menyimpang.
Posting Komentar
Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda