Munjat |
Muh. Abid Abdullah
24 12 100 039
Dalam Muraqabah (pengawasan)
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(At-taubah:105)
Ayat di atas merupakan isyarat untuk menunujukkan amalan seseorang yang telah dilakukan di dunia, kelak di hari kiamat amalan-amalan seseorang akan dilaporkan kepada-Nya , kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin. Hal ini merupakan ancaman bagi orang yang melakukan perbuatan melanggar perintah-Nya.
Mengenai hal ini ada sebuah kisah yang berhubungan dengan isyarat di atas yaitu terjadi pada masa kekhalifahan sayyidina umar bin khatab r.a.beliau adalah pemimpin yang teladan yang selalu melakukan sidak dan ronda dan pada suatu malam beliau mendengar percakapan antara ibu dan anak dimana mereka memliki profesi sebagai penjual susu yang miskin karena sang ibu tersebut ingin mendapatkan keuntungan yang besar maka si ibu berniat curang. Sang ibu berkata,"wahai anakku, segeralah kita tambahkan air ke dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum matahari terbit".dan anaknya pun menjawab,"wahai ibu kia tidak boleh melakukan kecurangan seperti ini,karena amirul mukminin melarang kita berbuat hal seperti ini,"dan sang ibu menjawab, "wahai anakku tidak mengapa, amirul mukminin tidak akan tahu karena dia tidak ada disini." dan anaknya pun membalas,"jika amirul mukminin tidak tahu,tapi tuhan amirul mukminin pasti mengetahui," mendengar percakapan ibu dan anak tersebut umar pun merasa kagum akan pendirian serta kejujuran anak itu. Khalifa umar pun pulang kerumah dan menyuruh anaknya ashim untuk menikahi putri yang sholeha tersebut yang nantinya akan memberikan keturunan yang hebat bernama umar bin abdul aziz.
Dalam hal walayah
Dalam hal walayah, Allah telah menjadikan orang mukmin pada deretan tiga setelah Allah dan Rasul-Nya, seperti firman-Nya:
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Al-maidah: 55)
Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Abdullah bin Salam ketika ia mengadukan tentang permusuhan Yahudi terhadap dirinya setelah ia masuk islam, maka turunlah ayat ini.
Ayat di atas menunjukan bahwa Allah lah yang menjaga, menolong dan membela kita karena setiap muslim yang mencintai Allah maka Allah akan menjaga dan melindunginya dan tidak mungkin Allah akan membiarkan seorang hamba yang bertaqwa kepada-Nya berada dalam kesusahan karena Allah akan bersama orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasul-nya.
Dalam Hal Muwalah
“...dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong.” (Al-hajj: 78)
Orang-orang yang menjadikan Allah sebagai pelindung-Nya maka tidak ada kekhawatiran, rasa cemas dalam dirinya karena mereka yakin Allah maha mengetahui dan akan menolong hamba-Nya yang berada dalam kesusahan dan apabila mereka tertimpa musibah mereka yakin Allah sedang menguji-Nya dan akan mendapat balasan yang baik kelak di akhirat.
Sebagian orang mukmin meyakini bahwa orang yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya tidak akan disiksa, dan orang yang menjadikan Allah sebagai pembelanya maka ia tidak akan terkalahkan, dan orang yang menjadikan Allah sebagai pemberi petunjuk maka ia tidak akan disesatkan.
Al-Izzah (keperkasaan)
Allah ta’ala berfirman:
“...Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”(Al-Munafiqun: 8)
Keperkasaan seorang mukmin adalah keperkasaan ikrar kalimat Laa Ilaaha Illallah. Mereka tidak menerima kehinaan, karena Allah dan Rasullullah tidak pernah menerima kerendahan dan kehinaan, maka sudah menjadi keharusan seorang mukmin juga tidak menerima kerendahan dan kehinaan terhadap dirinya sebagai pemeluk agama yang memiliki ajaran-ajaran yang sempurna. Allah perkasa karena sebagai tempat meminta, Dia Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu apapun dari makhluk-Nya. Rasullullah perkasa karena karunia dan kecukupan yang diberikan Allah kepadanya. Keperkasaan seorang mukmin juga karena kecukupan yang diberikan Allah kepada mereka
Harun Ar-Rasyid bertanya kepada Manshur bin Ammar, “Siapakah orang yang paling berakal, paling bodoh, paling kaya da paling perkasa di antara manusia?” Manshur menjawab, ”Orang yang paling pintar adalah orang yang berbuat baik tetapi takut akan azab Allah. Yang paling bodoh ialah orang yang berbuat kejahatan tetapi mersa aman. Yang paling kaya dari mereka ialah orang yang qana’ah (selalu merasa cukup). Sedangkan orang yang paling perkasa ialah orang yang taqwa”
Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar
Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda