Islam dan Teknologi |
Oleh : Alfian Nur Muhammad
Dalam raya Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis.” Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam raya bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.
Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara tetang alam raya raya. Ada sekitar 750 ayat Al-Quran yang bicara tentang alam raya dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam raya ini. Secara tegas dan berulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah[45]:13).
Penundukan tersebut terlaksana melalui hukum-hukum alam raya yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahakan-Nya kepada manusia. Al-Quran menjelaskan hukum-hukum tersebut, antara lain:
a) Segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya.
Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya(QS. Al-Ra’d[13]:8).
Matahari dan bulan yang beredardan memancarkan sinar, hingga rumput yang hijau atau layu dan kering, semuanya telah ditetapkan Allah sesuai hukum-hukumnya.
b) Semua yang ada di alam raya ini tunduk kepada-Nya.
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari(QS. Al-Ra’d[13]:15).
c) Benda-benda alam raya-apalagi yang tidak bernyawa-tidak diberi kemampuan memilih, tetapi semuanya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukum-Nya
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati"(QS. Fushshilat:11).
Di sisi lain, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri dan hukum-hukum yang berkaitan dengan alam raya. Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya untuk membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Allah, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam raya. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam raya yang telah ditundukkan Allah. Keberhasilan memanfaatkan alam raya itu merupakan buah teknologi.
Jadi, pertanyaannya adalah dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Quran?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Al-Quran berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Perhatikan misalnya uraian Al-Quran tentang kejadian alam raya:
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?. (QS. Al-Anbiya’[21]:30).
Kedua, Al-Quran sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang maknanya bermuara kepada “kemampuan meraih-dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan-segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik”.
Ketika Al-Quran memilih kata sakhkhara yang arti harfiahnya menundukkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Bukankah manuisa memang diciptakan Allah sebagai khalifah?
Dari kedua catatan yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi disamping harus mengingatkan manusia akan kebesaran Allah, juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam raya ini.
Seandainya penggunaan suatu teknologi melalaikan seseorang dari Allah, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilaii kemanusiaan, maka ketika itu bukan teknologinya yang harus ditolak, melainkan kita harus mengingatkan dan mengarahakan seseorang yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaannya, maka sejak itu pula islam menolak kehadiran teknologi. Karena itu, menjadi persoalan yang besar bagi manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi, dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar
Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda