Tak terasa kalender Islam telah memasuki 1433 H. Keberadaan tahun hijriah tersebut tak lepas dari aspek historis yang seringkali dikaitkan dengan peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ke Yastrib (Madinah). Dalam catatan sejarah, khalifah Umar bin Khattab memiliki peranan penting dalam penetapan tahun hijriah melalui musyawarah dengan sahabat yang lain. Pemilihan momentum hijriah Rasulullah SAW oleh beberapa sahabat sebagai awal tahun bukanlah sembarang pilihan, melainkan kaya akan makna. Hijrah yang identik dengan usaha untuk selalu memilih dan bergerak sebagai bagian dari dinamika kehidupan. Tidak heran jika Allah SWT memberikan derajat yang tinggi bagi mereka yang beriman dan berhijrah di jalan-Nya baik dengan harta maupun jiwa sesuai firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 20, yaitu:
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Peristiwa hijrah sangat layak dijadikan pijakan dalam penentuan awal tahun Islam mengingat memang memiliki banyak nilai filosofis, disamping sebagai starting point (awal kebangkitan) menuju ke kebenaran yang hakiki. Selain itu, peristiwa hijrah juga memiliki nilai-nilai perjuangan yakni menjadi umat yang dinamis.
Peristiwa hijrah juga mengisyaratkan bahwa hidup haruslah dinamis menuju perbaikan bukannya stagnan atau malah turun. Sebagaimana yang tertera dalam rukun islam yaitu:
1. Syahadat, merupakan gerak dari keyakinan yang tidak bertuhan atau banyak Tuhan menuju keyakinan satu Tuhan (Tauhid) yaitu Allah.
2. Shalat, merupakan aktifitas ibadah yang banyak mengandung unsur gerak baik tubuh, lisan dan juga hati.
3. Zakat, menuntut kita agar menggerakkan harta yang kita miliki untuk dapat dibelanjakan di jalan Allah (sedekah).
4. Puasa, menggerakkan tubuh kita agar menjadi insan yang bertaqwa dengan menahan diri kita dari hal-hal yang membatalkannya.
5. Haji, merupakan totalitas dari semua gerak yang ada, tidak hanya keyakinan, lisan, hati, fisik, namun juga harta.
Momentum tahun baru baru Hijriah 1433 H ini hendaknya menjadi pijakan kita untuk menjadi pribadi yang dinamis. Pribadi yang selalu ber “fastabiqu al-khairat” yakni berlomba-lomba dalam kebaikan, serta selalu mempersembahkan amal yang terbaik. Dengan demikian insya Allah akan menjadi pribadi yang produktif dan memiliki progresifitas (kemajuan), sehingga mendapatkan keberuntungan berupa derajat yang tinggi di sisi Allah SWT seperti pada surat di atas tadi.
Oleh : Alif Jatmiko
Editor : Syamsi
Jika anda menyukai artikel ini, silahkan di link balik dengan menyertakan link berikut di situs anda . Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar
Tutur Kata Cerminan Pribadi Anda