Jumat, 05 Juli 2013

Optimalisasi Sektor Akademik Dan Prestasi

(Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 25 di UMY)

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah!" (QS. Ali Imran [3] : 110)

  • Menyamakan Persepsi Mengenai “Prestasi”
Secara fitrah dalam diri manusia telah tersimpan sebuah file prestasi. Dengan artian, setiap manusia berkeinginan mempunyai prestasi, baik itu prestasi kecil ataupun besar. Jadi, tidak ada manusia yang menginginkan dirinya tidak berprestasi dan menjadi manusia gagal.

Dalam al-Quran, Allah Swt. telah menyatakan bahwa umat Islam adalah khairu ummah (sebaik-baik umat) (Q.S. Ali Imron: 110). Di samping itu, umat Islam telah diperintahkan untuk saling berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan agar memperoleh kenikmatan di akhirat (Q.S. Al Baqarah: 148). Allah Swt. juga ingin menguji siapakah yang paling baik amalannya? (Q.S. Al-Mulk: 2). Jadi, dari ayat-ayat itu telihat bahwa hendaknya seorang muslim tidaklah jauh dari prestasi.

Bagi umat Islam, Rasulullah Saw. adalah seorang teladan yang sangat menyukai prestasi. Hal ini terlihat dari setiap amalan Rasulullah Saw. yang selalu terjaga kualitasnya. Dalam al-Quran, Allah Swt. berfirman: ”Bahwa yang diperoleh manusia hanya apa yang diusahakannya. Bahwa usahanya akan segera terlihat” (Q.S. 53:39-40). Dari kedua hal itu terlihat bahwa prestasi tidaklah dinilai berdasarkan keturunan atau hal lain. Namun, prestasi dinilai berdasarkan kerja.

Prestasi yang dimaksud di sini adalah keberhasilan meraih apresiasi/pengakuan dari lembaga/organisasi/perorangan atas usaha maksimal yang telah dilakukan. Jadi, prestasi bukan diri kita yang menyematkannya. Prestasi sendiri dapat berupa prestasi akademik, sosial, seni, entrepreneur, dsb.
  • Lalu, apa hubungannya prestasi dengan syiar di jurusan?

Perlu dipahami bahwa syiar di jurusan dapat dilakukan oleh mahasiswa, khususnya dilakukan oleh mahasiswa yang berada di LDJ atau mentor di jurusannya. Seorang mahasiswa yang mensyiarkan Islam hendaknya memiliki prestasi. Prestasi itu dapat berupa IP (Indeks Prestasi) yang memuaskan dan di atas rata-rata (IP>2,75), memenangkan lomba-lomba (diskusi, karya tulis, olimpiade bidang keilmuan), menjadi
Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), menjadi entrepreneur atau teknopreneur, dsb.

  • Mengapa Mentor Harus Berprestasi?

Berdasarkan statistik yang ada, hanya ada 230 saintis/ilmuwan diantara 1 juta penduduk di negara dengan mayoritas muslim. Namun, terdapat 5000 saintis per 1 juta penduduk di Amerika Serikat. Selain itu, ada 1000 teknisi per 1 juta penduduk di negara dengan mayoritas penduduk nasrani, tetapi hanya ada 50 teknisi per 1 juta penduduk di dunia Arab (Yahudi, Mengapa Mereka Berprestasi? Hal. 16).

Jadi tidak terlalu aneh ketika kita mendengar kata prestasi, maka yang terbayang adalah orang barat dengan peralatan canggihnya atau orang cina dengan keahliannya yang luar biasa. Jarang terlintas dalam benak kita bayangan seorang muslim yang taat beribadah saat kita mendengar kata itu. Ini adalah paradigma yang harus dihapus oleh umat Islam sendiri. Dan kita sebagai mahasiswa yang bergerak dalam dakwah, tentu mempunyai peranan penting dalam mewujudkannya. Langkah sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan menjadi seorang mentor yang prestatif.

Mentor haruslah berprestasi karena mentor adalah teladan bagi para mente. Kita juga harus ingat bahwa 'tindakan' berteriak lebih lantang dibandingkan dengan 'kata-kata'. Selain mendengar perkataan seorang mentor, mente tentu juga akan melihat background dari mentor itu. Hal yang paling sederhana adalah mente melihat IP dari mentor melalui INTEGRA. Apabila IP mentor bagus, maka mente akan lebih percaya dan lebih mau meneladani mentornya.

Ingatlah bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk bisa meraih prestasi, yang membedakan adalah kemauan dan kerja keras seseorang untuk mendapatkannya. Menurut Thomas Alfa Edison, kesuksesan adalah 1% pemikiran dan 99% kerja keras. Jadi, prestasi akan didapat jika kita bekerja keras untuk meraihnya.

Sejarah telah mengajarkan kita bahwa tidak ada prestasi tinggi yang dicapai kecuali dengan kerja keras, ketekunan, ketelitian, dan selalu belajar dari kesalahan untuk bangkit lagi. Oleh sebab itu, bangkitlah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menjadi seorang mentor yang berprestasi dan unggul dalam potensi yang telah dianugerahkan Allah Swt.

  • Ciri-Ciri Orang Prestatif

Mengutip dari ilmu psikologi, McClelland, Atkinson, dan Birch (dalam Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa ciri-ciri individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi adalah :

  1. Menetapkan tujuan yang menantang dan sulit namun realistik.
  2. Terus mengejar kesuksesan dan mau mengambil resiko pada suatu kegiatan.
  3. Merasakan puas setelah mendapatkan kesuksesan, namun terus berusaha untuk
  4. menjadi yang terbaik.
  5. Terpacu untuk terus mencoba dan mengambil kesempatan.
  6. Tidak merasa tergangu atas kegagalan yang diperoleh.

Sebaliknya, Atkinson dan Feather (dalam Feldman, 1992) mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah adalah individu yangtermotivasi oleh ketakutan akan kegagalan. Dalam melakukan tugas, individu tidak memikirkan bahwa dirinya akan mendapatkan kesuksesan, tetapi lebih terfokus agar suatu tugas yang dilakukannya tidak mendapatkan kegagalan. Sebagai hasilnya, individu cenderung untuk mengambil tugas yang mudah sehingga dirinya yakin akan terhindar dari kegagalan atau mencari tugas yang sangat sulit sehingga kegagalan bukanlah hal yang negatif karena hampir semua individu akan gagal melakukannya. Selain itu, individu juga menghindari tugas yang tingkat kesulitannya menengah karena individu mungkin akan gagal sementara yang lain berhasil (Atkinson & Feather
dalam Feldman, 1992). Menurut Weiner (dalam Bernstein, dkk, 1988) ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah adalah individu yang apabila dirinya memperoleh kegagalan setelah melakukan tugas, maka individu tersebut cenderung untuk segera meninggalkan tugasnya.

Meskipun nilai prestasi yang dibahas di sini hanya diukur dari hasil yang nampak. Namun, jika tidak terwujud sesuai harapan, hendaknya seseorang melakukan introspeksi/muhasabah mengapa ia gagal.

Identik dengan kesuksesan, prestasi adalah titik temu antara persiapan dan kesempatan. Oleh karena itu mentor seyogyanya selalu dalam keadaan siap untuk berkompetisi agar ketika datang suatu kesempatan, maka ia dapat mengambilnya dan mengupayakannya secara optimal.

Untuk menjadi orang yang selalu siap, maka harus ada satu bidang yang benar-benar Dikuasai oleh mentor. Hal ini seperti keadaan pada saat zaman Rasulullah Saw,sahabat-sahabat Rasul memiliki spesialisasinya sendiri-sendiri. Begitu pula mentor,harus ada satu bidang yang ia benar-benar kuasai seluk-beluknya, misalnya kemampuan berbahasa Inggris. Jadi ia harus menekuni bahasa Inggris sampai benar-benar mahir, sehingga ketika ada lomba debat bahasa Inggris ia telah siap untuk berkompetisi.

Menurut pepatah, kesempatan tidak datang dua kali. Untuk mengetahui adanya kesempatan, kita membutuhkan informasi. Pada zaman ini, informasi tidaklah susah diperoleh. Namun, masih banyak para mentor yang kesulitan untuk mendapatkan akses informasi mengenai lomba-lomba. Berikut kiat-kiat optimalisasi mendapatkan informasi lomba.:

  1. Mengoptimalkan penggunaan facebook, informasi lomba sering sekali di informasikan melalui facebook. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergbung dengan grup-grup yang meng-update info-info lomba.
  2. Melihat website info lomba seperti www.info-lomba.com , lombaapasaja.blogspot.com ,lomba-terhangat.blogspot.com , ajangkompetisi.com, dan sebagainya.

Salah satu tantangan untuk menjadi mentor prestatif adalah kemampuan untuk memanajemen waktu. Dibutuhkan manajemen waktu yang baik untuk meraih prestasi. Hal ini dikarenakan biasanya pada saat mengikuti kompetisi-kompetisi di luar kota, tidak jarang kita mengorbankan waktu kuliah kita. Jika kita tidak memanajemen waktu dengan baik, maka kuliah kita akan berantakan. Oleh karena itu, buku “Breaking The
Time” bisa menjadi salah satu referensi yang bagus bagi kita dalam memanajemen waktu.

Nur Abdillah Siddiq. Dimuat dalam buku "LDJ ITS BERAKSI bab 4.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons